SDRA (PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk)
Analisa Fundamental Saham SDRA
Jumlah Lembar Saham : 8,568,234,364,-
Market Cap : 4,798,211,243,840,- (Small Cap)
Saham PT. Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang perbankan
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa Giro, Deposito Berjangka, sertifikat Deposito, Tabungan, memberikan kredit, menerbitkan surat pengakuan hutang, dan usaha kegiatan bank umum lainnya. produk dan jasa bank saudara diantaranya, produk pendanaan, perkreditan, jasa keuangan dan produk perbankan lainnya, serta international banking. Penggabungan Usaha (Merger) PT Bank Woori Indonesia ke dalam PT Bank himpunan Saudara 1906 Tbk (“Perseroan”) telah berlaku efektif sejak tanggal 30 Desember 2014, hal ini berpengaruh terhadap perluasan kantor yang saat ini berjumlah berjumlah 156 kantor cabang di beberapa kota di Sumatera, Sulawesi,Jawa dan Bali.
Analisa Fundamental Kualitas
Berbisnis batik saat itu perlu modal yang sangat besar.
Untuk belanja batik, para saudagar batik Bandung harus belanja barangnya ke
Mataram, Solo, Pekalongan, Kaliwungu atau Tanah Abang. Butuh waktu lama untuk
berkeliling ke tempat-tempat itu. Kalau uang yang dibawa sedikit, hasilnya
tidak optimal. Hanya habis di ongkos. Uang yang harus dibawa untuk belanja
paling sedikit 20.000 gulden kalau mau untung. Untuk menyiapkan uang sebanyak itu
jelas bukan perkara mudah. Kemungkinan karena kebutuhan uang modal yang begitu
banyak, para saudagar batik besar di Kota Bandung kemudian berkumpul dan
menggagas pembentukan organisasi.
Kebutuhan perkumpulan yang semakin besar akhirnya menuntut
kejelasan legalitas. Pengajuan status badan hukum memperoleh izin dari
pemerintah kolonial dengan nama Vereeniging Himpoenan Soedara pada tanggal 4
Oktober 1913 dengan keluarnya Governement Besluit No. 33.
1913: Disahkan sebagai Badan Hukum berstatus “Vereeniging”
Perkumpulan Himpoenan Saudara secara resmi mendapatkan izin
untuk melakukan kegiatan usaha sebagai Bank Tabungan pada tahun 1955,
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.249.542/U.M
II tertanggal 11 November 1955. Selanjutnya pada tahun 1975 dilakukan perubahan
bentuk hukum menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Tabungan HS 1906
1975: Menjadi Badan Hukum dengan nama “PT Bank Tabungan
Himpunan Saudara 1906”
Pada Tahun 1991 Medco Group menjadi pemegang saham pengendali dan ikut dalam pengurusan Bank.
1991: Medco Group masuk menjadi Pemegang Saham Pengendali
Di bawah tim manajemen yang baru, Bank Saudara melangkah
untuk berkembang menjadi bank yang solid dan terpercaya. Selanjutnya Bank
berganti nama menjadi “PT Bank HS 1906”
1993: Beroperasi sebagai Bank Umum dengan nama “PT Bank HS
1906” yang diikuti perubahan logo
Mulai 1993 Bank ini mulai
beroperasi sebagai bank umum. Bank Saudara mempunyai produk dan layanan berupa
tabungan dan deposito, kredit dan pinjaman serta layanan perbankan lainnya.
2006: Identitas korporat berubah dari Bank HS 1906 menjadi
Bank Saudara sekaligus menjadi Perusahaan publik/terbuka
2007: Perubahan susunan Pengurus Perseroan serta penambahan
layanan menjadi salah satu Bank Kustodian
2008: Izin beroperasi menjadi Bank Devisa
2009: Bank Saudara melakukan Penawaran Umun Terbatas-I
(PUT-I) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sejumlah 750.000.000
(Tujuh ratus lima puluh juta) saham, dengan nilai nominal Rp. 100 (Seratus
rupiah)
2011: Penerbitan Obligasi Bank Saudara I Tahun 2011 Dalam
rangka mengembangkan pasar kredit di Indonesia, Bank Saudara menerbitkan
Obligasi Bank Saudara I Tahun 2011 senilai Rp 250 miliar yang listing di Bursa
Efek Indonesia tanggal 2 Desember 2011.
2012: Pada 29 Oktober 2012 Bank Saudara menerbitkan Obligasi
Subordinasi Bank Saudara I dan Obligasi Bank Saudara II tahun 2012 sebesar Rp
300 Miliar.
2013: - Grand Opening Gedung Bank Saudara sekaligus
bertepatan dengan HUT Bank Saudara ke 107 pada 18 April 2013. Kantor Pusat Bank
Saudara yang semula berlokasi di Jalan Buah Batu No. 58 Bandung kemudian pindah
ke Gedung Bank Saudara di Jalan Diponegoro No. 28 Bandung. - PT Bank Himpunan
Saudara 1906 Tbk, telah memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia melalui
surat tertanggal 30 Desember
2013 terkait pembelian 33% (tiga puluh tiga persen) saham
Bank Saudara oleh Woori Bank Korea. (Harga 933)
2014: - Pada tanggal 28 Januari 2014, terjadi perubahan
susunan pemegang saham Bank Saudara yang diakibatkan penjualan 764.403.090 lembar
saham atau setara dengan 33% saham Bank Saudara. - Penggabungan Usaha (Merger)
PT Bank Woori Indonesia ke dalam PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
("Perseroan") telah berlaku efektif sejak tanggal 30 Desember 2014.
2015: Perubahan nama dari PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk
( Bank Saudara ) menjadi PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (Bank Woori
Saudara).
Komposisi Saham
Woori Bank Korea 7.214.804.851 (84,2%)
Arifin Panigoro 631.785.585 (7,38%)
Publik 721.643.928 (8,42%)
Data PSP
Woori Bank (Hangul: 우리은행
Uri Eunhaeng) adalah sebuah bank multinasional yang berkantor pusat di Seoul,
Korea Selatan. Woori Bank adalah salah satu dari empat bank domestik terbesar
di Korea Selatan. Bank ini memulai sejarahnya pada abad ke-19 (30 Januari 1899),
kemudian mengalami sejumlah perubahan nama dan penggabungan sehingga akhirnya
menjadi seperti sekarang pada tahun 2002. Woori Bank dikenal sebagai bank asal
Korea Selatan pertama yang mendukung peramban web selain Internet Explorer
untuk E-banking di Korea. Hingga tahun tahun 2020, Woori menempati peringkat
ke-95 dalam daftar bank dengan jumlah aset terbesar di dunia, yakni sebesar
US$311.852 milyar hingga akhir tahun 2019.
Arifin Panigoro
Dr. (HC). Ir. H. Arifin Panigoro (14 Maret 1945 – 28
Februari 2022) adalah seorang Politisi dan pengusaha Indonesia berdarah
Gorontalo yang dijuluki "Raja Minyak Indonesia". Orang tuanya berasal
dari Gorontalo yang merantau ke Pulau Jawa sebelum kemerdekaan. Keluarga besar
Panigoro berasal dari Potanga sebuah Desa di wilayah Kabupaten Gorontalo,
Provinsi Gorontalo.
Arifin Panigoro dikenal sebagai pendiri dan pemilik
MedcoEnergi yaitu perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi swasta terbesar
di Indonesia.
Bisnis Perbankan
Bisnis Perbankan menghimpun / menerima dana masyarakat
kemudian menyalurkan kredit pinjaman
Bank menerima dana masyarakat mencatatnya sebagai kewajiban
kemudian penyaluran kredit pinjaman kepada kreditur dan mencatatnya sebagai
asset bank
Ketika menyalurkan kredit bank menerima bunga yang dicatat
sebagai pendapatan bunga kemudian membayar bunga kepada masyarakat yang
menitipkan hartanya kepada bank
Selisih antara bunga kredit dan biaya bunga simpanan adalah
keuntungan bank.
SDRA lahir dari saudagar pedagang Bandung yang membutuhkan
modal untuk usaha batik. (Debitur Perseorang / badan usaha yang membutuhkan
dana untuk Usaha)
Perkumpulan para pengusaha yang sedang berdagang
mengumpulkan modal dan meminjamkan sesama anggota pedagang di Bandung inilah
muncul Bank Saudara.
Bisnis perbankan ini semakin lama semakin banyak anggota dan
semakin besar hingga menjadi Bank Umum di tahun 1993.
Tahun 2014 Terjadi penggabungan usaha (Merger) antara Bank
Woori Indonesia dengan PT Bank Himpunan
Saudara 1906 Tbk
Tahun 2015 berubah nama menjadi PT. Bank Woori Saudara
Indonesia 1906 Tbk
Bank Woori adalah bank multinasional yang memiliki pusat di
Seoul (Korea). Termasuk 4 bank terbesar Korea Selatan
Dan Bisnis SDRA pun semakin lama semakin meningkat baik
secara asset juga laba perusahaan.
Kas Tahun 2007 42 Milyar menjadi 418 Milyar (Naik 9 x lipat)
Asset tahun 2007 1.463 Milyar menjadi 43.802 Milyar di tahun
2021 (Naik 30 x lipat)
Ekuitas tahun 2007 180 Milyar Menjadi 9.257 Milyar (Naik
51,5 x lipat)
Book Value Pershare 2007 119,87 menjadi 1080,41 (Naik 9,1 x
lipat)
Laba Tahun 2007 adalah 32 Milyar menjadi 629 Milyar di tahun
2021 (Naik 19,7 x lipat)
Pendapatan per lembar saham tahun 2007 adalah 21,07 menjadi 73,43 di tahun 2021 (Naik 3,6 x
lipat)
SWOT
Kekuatan
Bank Woori Merupakan Bank terbesar peringkat 95 di dunia secara
penilaian asset pada akhir tahun 2019 (311,852 Billion USD)
Memiliki pengalaman di dunia perbankan selama 123 tahun
lebih
Bank yang sangat sehat dengan Rating A1 dari Moody’s, A dari
S&P dan A- dari Fitch
High Capital (Memiliki modal yang cukup banyak untuk
memberikan kredit guna menunjang laba berkelanjutan)
Kelemahan
Pengumpulan dana kualitas utang termasuk mahal / kurang baik
karena jumlah deposito lebih banyak dibanding Giro dan Tabungan
High LDR Ketersediaan Dana untuk pemberian kredit sangat
terbatas di masa depan
(Tingginya pemberian kredit dibandingkan dengan penerimaan
dana yang diterima memiliki resiko tidak likuid dana dalam memberikan kredit)
Peluang
Pemulihan dan pertumbuhan Ekonomi secara Nasional yang
diprediksi bertumbuh 5,6% di tahun 2022
Pengembangan Layanan Bank Digital
Ancaman
Stagflasi Pertumbuhan ekonomi yang lambat yang disertai
inflasi tinggi pasca Corona yang memungkinkan terjadi peningkatan suku bunga
yang memicu kenaikan NPL di masa depan
Kondisi Ekonomi yang tidak menentu diakibatkan Virus Covid
Kebijakan Tapering Off dari Bank sentral Amerika Serikat yang
berdampak pada penurunan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
Persaingan dalam industri perbankan yang sudah ada maupun
yang baru
Value Chain (2021)
Dari pemberian kredit sebesar 32.826.971
Dana berasal dari DPK sebesar 24.344.408 (74,16%) dan modal
sendiri 8.482.563 (25,84%)
DPK tersebut terdiri dari Giro 17,03%, Tabungan 17,32% dan
Deposito 65,65%
Modal sendiri total adalah 9.257.191 telah digunakan sebesar
91,63% untuk penyaluran kredit
Perusahaan memiliki NIM 4,16
Perusahaan memiliki kualitas utang yang kurang baik karena
komposisi Giro & Tabungan yang rendah dibandingkan dengan deposito
Giro & Tabungan merupakan utang dengan biaya bunga
rendah
Deposito merupakan utang dengan biaya tinggi
Perusahaan memiliki modal yang sangat baik untuk usaha
perbankan
Kredit yang disalurkan sudah sangat tinggi sehingga
ketersediaan dana sangat sedikit untuk pemberian kredit di masa depan.
Total biaya dibandingkan antara penerimaan bunga adalah
65,38% dimana hal ini sangat baik sekali dengan rata2 perbankan yang biasanya
mencapai 84%
Hal ini dikarenakan pemberian kredit 25,84% berasal dari
modal sendiri
Dari segi kualitas Aset perusahaan kredit macet NPL sebesar 315.461 (Gross) / 0,93% dimana hal ini juga sangat baik dibandingkan dengan bank lainnya yang biasanya diatas 2%
Perusahaan memiliki pemasokan dana yang buruk dari DPK
tetapi memiliki pemasok modal sendiri yang sangat tinggi dan kualitas pemberian
kredit perusahaan juga sangat baik
TQM
Perusahaan terus berinovasi menunjukkan perusahaan memiliki sistem pengendalian mutu yang baik.
Terbukti melalui dengan Capex yang sangat tinggi menunjukkan perusahaan ini masih mau berkembang di masa depan
BCG
Perusahaan menganggarkan CAPEX (Capital Expenditure) untuk masa depan melebihi cash low laba operasi non perubahan modal akibat utang yang berarti perusahaan ini masih tahap permulaan dari siklus BCG. Yang berarti perusahaan masih sangat ingin berkembang di masa depan dengan anggaran investasi yang lebih besar dari laba cash flow operasinya. Bagi perusahaan ini masih tahap permulaan. Kemungkinan berkembang di masa depan masih sangat tinggi.
Analisa Fundamental Kuantitas
Laporan keuangan yang dapat dilihat pada hari ini adalah laporan keuangan Q1 2022.
Analisa Fundamental Growth Investing (2012 - 2021)
Analisa Laba Entitas Pemilik Growth
Dividen
Melihat dari histori grafik harga saham. Maka Trending Saham Ini adalah Downtrend
Analisa Cash Flow & Product Life Cycle dan BCG (Laporan Tahunan)
Analisa AFSI
Melalui analisa fundamental AFSI saham ini dari 9.04 / 17
Indikator Fundamental
<25% Tidak Baik
<50% Kurang baik
>50% Baik
>75% Sangat Baik
SDRA (2017 Q3) VERSI 1.0
Krisantus (Bozdiamond)
Post a Comment